Kapan Doa Dikabulkan?
Ketika Anda mengajukan permintaan kepada Tuhan, seringkali kita dibayangi pertanyaan kapan doa itu dikabulkan?
Ini wajar dan manusiawi, serta banyak sekali terjadi.
Jadi tujuan pelajaran ini adalah untuk menenangkan mereka yang selalu bertanya-tanya, "Kapan doa-ku dikabulkan?" tersebut.
Ketika Anda meminta kepada-Nya, meminta apapun, bisa jadi Anda memang akan diminta untuk menunggu.
Ini merupakan satu ketetapan Tuhan, bahwa DIA-lah yang memiliki hak sepenuhnya untuk memutuskan KAPAN-nya keinginan Anda tersebut terkabul.
Ini yang disebut dalam bahasa Inggris sebagai konsep the DIVINE TIMING, atau Konsep Waktu Illahi (Istilah "Waktu Illahi" ini rekaan saya sendiri, karena tidak tahu istilah Bahasa Indonesia yang lebih tepat untuk konsep ini.
Jadi kalau di antara pembaca ada yang tahu, boleh memberikan masukannya.)
Yang jelas, inti DIVINE TIMING adalah bahwa ketika kita meminta, walaupun sudah pasti dikabulkannya, tetapi KAPAN waktunya keinginan, permintaan atau doa kita tersebut terwujud/dikabulkan adalah misteri dan hak TUHAN sepenuhnya untuk menentukan.

Divine Timing lebih luas lagi juga berarti bahwa segala sesuatu ciptaan Tuhan di alam raya ini secara kodrati sudah memiliki ketetapan waktu masing-masing.
Kapan suatu makhluk lahir, kapan ia mati, kapan ia dewasa, berapa lama hidupnya, dan sebagainya, semua sudah ditetapkan waktunya oleh Yang Maha Kuasa.
menanam
Mengajukan Permintaan Anda
kepada Tuhan = Menanam
Satu ilustrasi untuk menjelaskan konsep Divine Timing dalam hubungannya dengan meminta ini saya ambilkan dari buku "I'm Rich Beyond My Wildest Dreams. I am. I am. I am."-nya Tom Pauley.
Meminta, berdoa atau mengajukan daftar keinginan kita, ibaratnya seperti menanam sebutir benih tanaman di tanah. Menyirami dan memupuknya dengan baik.
Kapan akan tumbuh
= Divine Timing
Divine timing-lah yang akan menentukan kapan benih itu akan tumbuh. Kita tahu bibitnya akan tumbuh, karena berasal dari kualitas yang baik (Permintaan kita yang baik-baik saja, kan?) Cuma, kita tidak tahu kapan.
Dan kita sama sekali tidak perlu mengorek-ngorek tanahnya dari waktu ke waktu hanya untuk mengecek kapan tanamannya akan tumbuh.
Kita jalani hidup seperti biasa, dengan penuh keyakinan bahwa suatu hari, tidak lama lagi, taman bunga akan segera dipenuhi bunga indah yang bibitnya kita tanam tadi.

Bunga indah itu telah tumbuh
(image copyrighted by:
www.lawofattractionecards.com)
Dua implikasi dari konsep Divine Timing di atas harus menjadi pertimbangan kita dalam membuat permintaan dan menyikapi terkabulnya permintaan tersebut.
Sebagai contoh, misalnya, kita tidak bisa meminta kepada Tuhan bahwa bayi di kandungan kita lahir pada waktu-waktu tertentu. Atau berjenis kelamin tertentu, atau nantinya hidup sampai umur berapa, dsb. Tidak.
Bukan hak kita memutuskan hal-hal ini dan bukan hak kita untuk mengubah ketentuan Waktu Illahi.
Anda boleh mencoba memintanya, silahkan saja coba. Tetapi ketika bayi tadi lahir di luar waktu yang Anda minta tadi, Anda jangan kecewa.
Begitu juga kapan kita mati, kapan kita menopause, kapan kita baligh dan sebagainya.
Sekali lagi, boleh Anda coba meminta waktu tertentu untuk ini. Tetapi apakah permintaan tadi akan terkabul sesuai permintaan Anda? Hanya Allah yang memutuskan.
Semua permintaan kita, baik yang besar maupun yang kecil, juga terikat konsep ini sehingga kita dalam meminta tidaklah boleh menentukan batas waktu. Apalagi kalau kemudian kita jadi kecewa bila batas waktu yang sudah kita tentukan terlewati.
Sesungguhnya, semua doa Anda pasti terkabul, dalam waktu yang sudah ditentukan sesuai ketetapan Allah.
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan datang-nya. Maha Suci Allah...
~ Q ur'an, Surat An Nahl: 1 ~

Goal Setting, Target, Deadline?
Kalau Anda pernah mempelajari dan mencoba sistem goal setting, seperti yang diajarkan, salah satunya oleh, Napoleon Hill , misalnya, (dalam bukunya Think and Grow Rich) beserta pakar personal development & prosperity pengikutnya, Anda akan diajarkan bahwa untuk mencapai kesuksesan dan kekayaan, Anda harus menetapkan suatu tujuan (GOAL atau TARGET) kemudian menulis tanggal atau ancar-ancar waktu (DEADLINE) kapan target tersebut harus tercapai.
Para pembaca yang beriman, mungkin sistem goal setting ini ampuh kalau Anda ingin mengejar sendiri segala sesuatunya.
Tapi, kalau memang Anda ingin mengejar sendiri segala sesuatunya, berarti semua yang sudah saya ajarkan di sini menjadi tidak relevan lagi kan?
Bila kita percaya bahwa semua usaha kita ada di bawah kuasa Sang Pencipta, berarti kita tidak boleh dan memang TIDAK PERLU menentukan target waktu terhadap segala sesuatu yang kita minta.
Seperti contoh saya di bawah ini, ada kalanya Tuhan memberikan yang kita minta secara SEKETIKA, sesungguhnya itu mudah bagi-Nya.
Bisa jadi juga kita disuruh menunggu, karena memang belum waktunya UNTUK ANDA menerimanya.
Divine Timing tidak berhubungan dengan kemampuan Tuhan menciptakan apa yang Anda minta saat ini juga. Tidak.
Divine Timing lebih berhubungan dengan kesiapan Anda menerima permintaan Anda itu sendiri.

Bisa jadi Anda harus berkembang dahulu, mengalami suatu proses pembelajaran tertentu sebelum memiliki kemampuan menerima apa yang Anda minta tadi.
Contoh klasik permintaan yang seperti ini adalah permintaan kita akan jodoh, pasangan hidup atau "our soul mate". Kita tidak akan pernah tahu kapan jodoh kita akan dikirim dan karenanya tidak akan pernah bisa menentukan atau memaksakan satu rentang waktu tertentu.
Berikut contoh pengalaman yang mungkin bisa Anda ambil hikmahnya.
Satu ketika saya mendapatkan yang saya minta nyaris seketika itu juga. Sementara satu lagi adalah permintaan yang sampai sekarang ini masih juga saya tunggu.
Saya pernah harus mendadak pergi dinas keluar kota, padahal saat itu saya tidak punya pembantu yang menginap. Pembantu yang pulang pergi, semula setuju untuk lembur dua hari dua malam, tidur di rumah saya untuk menjaga anak-anak. Tapi mendadak dia kena diare dan tidak mungkin kerja.
Sehari sebelum keberangkatan, saya panik mencari pembantu ke sana ke mari. Semua agen sudah saya telpon. Mereka semua sedang tidak ada stok pembantu. Nyaris menangis saya, bingung mencari jalan keluar. Sampai saya ingat bahwa saya punya PELINDUNG dan PENJAGA yang lebih baik dari apapun juga. Kenapa saya tidak meminta langsung kepada-NYA?
Lalu segera saya ambil buku doa saya, dan saya tuliskan:
  1. Aku mempunyai pembantu menginap yang baik, jujur dan bisa diandalkan.
  2. Pembantu tersebut dikirim Tuhan tepat waktu, pada saat paling aku perlukan.
  3. Aku mendapatkan solusi terbaik dari masalahku dengan pembantu ini.
  4. Aku dan anak-anakku selalu dalam perlindungan Allah SWT.

Setelah itu saya taruh pena dan tarik napas panjang, ikhlas akan apapun yang menjadi ketetapan-Nya, karena saya tahu, dengan telah membeberkan permintaan saya tersebut, saya hanya tinggal menunggu kapan dikabulkannya.
Tuhan sudah pasti akan mengirimkan orang yang tepat untuk menjaga anak-anak saya selama saya harus pergi ke luar pulau tersebut.
Hanya lima menit sesudah itu, Hp saya berbunyi. Seorang eks-tetangga yang sudah pindah ke Padang beberapa tahun sebelumnya, dan sekarang sedang ada urusan mendadak di Bintaro, membutuhkan tempat menginap beberapa hari, kalau saya tidak keberatan.
Dia datang bersama putrinya, tapi tempat dia semula akan menginap ternyata tidak memiliki tempat tidur ekstra untuk 2 orang sehingga kurang nyaman.
Ketika saya utarakan bahwa saya tentu saja tidak keberatan, cuma saya sedang ada masalah karena tidak punya pembantu dan harus pergi keesokan harinya, dia dengan senang hati bersedia menjaga anak-anak saya selama saya pergi.
Dan ini seorang ibu yang menawarkan jasanya, yang sudah saya kenal dan saya percaya. Coba apa ada solusi yang lebih baik dari ini dalam urusan menjaga anak, apalagi bila dibanding dengan pembantu baru yang belum saya kenal dan langsung saya tinggal sendiri dengan anak-anak?
Saya mendapatkan semua yang saya minta hanya dalam hitungan menit. (Dan bahkan lebih baik lagi karena sesudah saya kembali dari Medan, saya mendapat pembantu menginap yang benar-benar baik dan dapat diandalkan sampai saat ini).
Di lain pihak, saya juga pernah menuliskan sebuah permintaan tentang mobil. Ini sekitar dua tahun yang lalu. Tetapi sampai sekarang, mobil itu belum muncul juga dalam hidup saya.
Sebenarnya, bila saya telaah lebih dalam, saya memang sampai sekarang belum siap memiliki kendaraan roda empat yang oleh banyak orang sering dianggap lambang kesuksesan ini.
Pertama, saya sampai sekarang masih takut berada di belakang setir. Dan karenanya, saya belum juga memulai pelajaran mengemudi saya. Sementara, saya tidak suka ide mempekerjakan sopir. Di mata saya rumit dan ribet.
Lalu, dua tahun lalu ketika saya pertama kali meminta mobil, rupanya saya tidak tahu bahwa tidak lama dari itu, saya akan berpisah dari suami saya. Terbayang saja, betapa lebih peliknya urusan kami bila di antara kami sudah terikat kepemilikan satu lagi harta berharga seperti ini.

Sepeda kesayangan dan Putriku
Kemudian, saya sendiri adalah seorang pengkampanye aktif perlindungan lingkungan. Saya lebih merasa bahagia bila bisa mengurangi sedikit penderitaan bumi ini dari segala macam polusi.
Saya lebih nyaman ber-"bike to everywhere" (alias bersepeda ke mana-mana), dan memilih ber-"car pool" ria, ramai-ramai nebeng dengan teman bila memang harus naik mobil.
Juga, pengalaman hidup bertetangga dengan banyak sopir taksi di rumah kontrakan dulu mengajarkan saya bahwa naik taksi membantu kelancaran perekonomian banyak keluarga yang bergantung pada angkutan umum ini. Jadi saya juga lebih memilih kenyamanan taksi dari pada mobil pribadi yang kerepotan dan biaya tinggi maintenance serta pajak tahunannya menjadi tanggung jawab pemiliknya.
Jadi sejujurnya, bisa jadi keinginan memiliki mobil dulu itu bukanlah mimpi saya sendiri. Tapi mimpi yang dilandasi potret kesuksesan yang saya lihat jadi standar di luar sana.
Saya sendiri belum akan siap bila tiba-tiba Tuhan menaruh sebuah mobil di garasi saya. Saya akan bingung harus bagaimana. Bisa jadi, mobil itu hanya akan saya jual....;p. Yang tentunya bertentangan dengan tujuan memiliki mobil, kan?
Jadi masuk akal sekali bila sampai sekarang Tuhan belum juga mengirimkan mobil tersebut pada saya.

Semua di alam raya ini tumbuh
mengikuti kehendak Tuhan.
(image copyrighted by
www.lawofattractionecards.com)
Kesimpulannya, permintaan Anda pasti terkabul, jangan khawatir tentang ini.
Mengenai waktunya, biarkan saja Tuhan memberi Anda kejutan istimewa.
Anda sudah menanam, Anda harus yakin yang Anda tanam pasti bakal tumbuh.
Sementara itu, sembari menunggu kapan doa dikabulkan, jangan lupa tetap menikmati hidup Anda ini seperti biasa, ya.
Teruskan meminta dan memberi. Dua siklus penting untuk kesuksesan Anda.
Salam Sukses Selalu,